selamat datang

selamat datang di blog ini di sini saya akan membahas sesuatu yg luar biasa ku harap teman - teman dapat men support ku

Minggu, 27 Februari 2011

resensi novel siti nurbaya dan biografi marah rusli

Siti Nurbaya

Oleh Marah Rusli

Sinopsis :
Ibunya Siti Nurbaya meninggal saat ia masih kecil, maka bisa dikatakan itulah awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Awalnya usaha Baginda Sulaiman mangalami kemajuan pesat. Tetapi Datuk Maringgih tidak menyukai keadaan itu, maka untuk melampiaskan keserakahannya, Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Akhirnya semua usaha Baginda Sulaiman hancur. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu, Baginda Sulaiman yang sudah tak sanggup lagi membayar hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain menyerahkan Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih. Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.
Suatu hari, ketika Samsulbahri dalam liburan ke Padang, ia bertemu dengan Siti Nurbaya yang telah menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Karena kaget dan takut Siti Nurbaya pun berteriak. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya di rumah, yang tengah terbaring sakit karena penderitaannya begitu berat. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi ia terjatuh dan menghembuskan nafas terakhir. Karena kejadian itu, Datuk Maringgih pun mengusir Siti Nurbaya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, ia ingin menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi hal itu diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringih. Karena itu, dengan siasat dan fitnahnya, Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantara polisi.
Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri, tetapi untung saja ia tidak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, di kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang.
Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan, tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh , namun sebelum tewas ia sempat melukai kepala Samsulbahri dengan parangnya. Samsulbahri segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahnya, dan meminta untuk di kuburkan di sebelah kuburan Siti Nurbaya
Unsur Intrinsik :
1. Tema :Kawin paksa (kasih tak sampai)
2. Alur:Alur maju
Sepuluh tahun kemudian, di kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang- orangnya.
3. Setting :Tempat : kios, Padang, Jakarta, rumah, kantor
polisi, rumah sakit
Waktu : siang, malam
4. Suasana : Mengharukan : saat Siti Nurbaya dan
keluarganya jatuh miskin
5. Perwatakan :
- Datuk Maringgih, licik : ia menagih hutang kepada Baginda Sulaiman, saat Baginda bangkrut
- Siti Nurbaya, wanita lemah : ia tidak bisa berbuat apa-apa saat Datuk Maringgih ingin menikahinya
- Samsul Bahri, tak pantang menyerah : ia tetap
mempertahankan
cintanya
kepada
Siti
Nurbaya walaupun akhirnya tak berhasil
6. Amanat : Kekuatan cinta tak akan ada yang bisa
mengalahkan, kecuali kamatian.






Unsur Ekstrinsik :
Nilai Ekonomi
:
Saat toko-toko Baginda di hangus dibakar oleh Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman dan Siti Nurbaya jatuh miskin.
Nilai sejarah
:
Pemberontakan Datuk Maringgih berkaitan dengan kebijaksanaan Belanda dalam masalah pajak pada saat itu

Biografi marah rusli

Di antara deret nama sastrawan Balai Pustaka, nama Marah Rusli adalah nama yang cukup terkenal, kalau belum dapat dikatakan paling terkenal. Keterkenalannya karena karyanya Siti Nurbaya (sebuah roman) yang diterbitkan pada tahun 1920 sangat banyak dibicarakan orang, bahkan sampai kini. Siti Nurbaya telah melegenda, wanita yang dipaksa kawin oleh orang tuanya, dengan lelaki yang tidak diinginkannya
Marah Rusli, sang sastrawan itu, bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar. Ia dilahirkan di Padang pada tanggal 7 Agustus 1889. Ayahnya, Sultan Abu Bakar, adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang. Meski lebih terkenal sebagai sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan. Berbeda dengan Taufiq Ismail dan Asrul Sani yang memang benar-benar meninggalkan profesinya sebagai dokter hewan karena memilih menjadi penyair, Marah Rusli tetap menekuni profesinya sebagai dokter hewan hingga pensiun pada tahun 1952 dengan jabatan terakhir Dokter Hewan Kepala.
Dalam sejarah sastra Indonesia, Marah Rusli tercatat sebagai pengarang roman yang pertama dan diberi gelar oleh H.B. Jassin sebagai “Bapak Roman Modern Indonesia”. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia, bentuk prosa yang biasanya digunakan adalah hikayat.
Kesukaan Marah Rusli terhadap kesusastraan sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Ia sangat senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba, tukang dongeng ( di Sumatera Barat) yang berkeliling kampung menjual ceritanya, dan membaca buku-buku sastra.
Marah Rusli berpendidikan tinggi dan buku-buku bacaannya banyak yang berasal dari Barat yang menggambarkan kemajuan zaman. Ia kemudian melihat bahwa adat yang melingkupinya tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Hal itu melahirkan pemberontakan dalam hatinya yang dituangkannya ke dalam karyanya, Siti Nurbaya. Ia ingin melepaskan masyarakatnya dari belenggu adat yang tidak memberi kesempatan bagi yang muda untuk menyatakan pendapat atau keinginannya.
Dalam Siti Nurbaya telah diletakkan landasan pemikiran yang mengarah pada emansipasi wanita. Cerita itu membuat wanita mulai memikirkan akan hak-haknya, apakah ia hanya menyerah karena tuntutan adat (dan tekanan orang tua) ataukah ia harus mempertahankan yang diinginkannya. Ceritanya menggugah dan meninggalkan kesan yang mendalam kepada pembacanya. Kesan itulah yang terus melekat hingga sampai kini pun, setelah lebih delapan puluh tahun novel itu dilahirkan, Siti Nurbaya tetap diingat dan dibicarakan.
Selain Siti Nurbaya, Marah Rusli juga menulis beberapa roman lainnya. Akan tetapi, Siti Nurbaya itulah yang terbaik. Roman itu mendapat hadiah tahunan dalam bidang sastra dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1969 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia.
Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Bogor pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Perkawinan Marah Rusli dengan gadis Sunda bukanlah perkawinan yang diinginkan oleh orang tua Marah Rusli, tetapi Marah Rusli kokoh pada sikapnya, ia tetap mempertahankan perkawinannya.
Marah Rusli Meninggal pada tanggal 17 Januari 1968 di Bandung dan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.

Karya-Karya
Siti Nurbaya. Jakarta: Balai Pustaka. 1920.
La Hami. Jakarta: Balai Pustaka. 1924.
Anak dan Kemenakan. Jakarta: Balai Pustaka. 1956.
“Memang Jodoh” (naskah roman)
“Tesna Zahera” (naskah Roman)

1 komentar:

  1. koreksi :
    1. waktu baginda sulaiman meninggal.. bukan datuk maringgih yang mengusir siti nurbya.. tapi siti nurbaya yang mengusir datuk maringgih dari rumahnya.. (menurut novel siti nurbaya yang saya baca). Waktu itu keadian di rumah siti nurbaya...terjadi pertengkaran antara datuk dan syamsu, kemudian baginda sulaiman yang sdang sakit mendengar ribut2 diluar, kemudian dia mencoba ingin melihat tapi malah jatuh, dan akhirnya meninggal...

    2. sebenarnya temanya bukan kawin paksa..tapi terpaksa kawin kalau menurut saya. karena ayah siti nurbaya tidak memaksa siti untuk menikhi datuk, bahkan dia menyatakan siap dipnjara daripada melihat anaknya bersama datuk maringgih. Tapi, saat siti melihat ayahnya ingin dibawa ke penjara, terpaksa siti menyetujui untuk menjadi istri datuk.. begitulah yang sesuai novel :) :)

    BalasHapus