selamat datang

selamat datang di blog ini di sini saya akan membahas sesuatu yg luar biasa ku harap teman - teman dapat men support ku

Minggu, 27 Februari 2011

resensi novel harimau harimau dan biografi mochtar lubis


Judul : Harimau! Harimau!

Pengarang : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Halaman : 220 halaman
Terbit : 2002
Dalam novel “Harimau! Harimau!”, diceritakan bahwa tokoh “Buyung” adalah seorang pemuda yang baru berumur 19 tahun, namun ia telah bekerja untuk mencari nafkah ke hutan belantara. Di hutan, ia tak sendiri, ada Wak Katok, Pak Haji, Pak Balam, Sutan, Sanip, dan Talib yang menemaninya. Mereka bertujuh pergi ke hutan untuk mengumpulkan damar.
Perjalanan mereka yang diceritakan dalam novel kali ini merupakan suatu petualangan yang amat menegangkan. Buyung dan yang lainnya, dikejar-kejar oleh seekor harimau yang kelaparan. Berhari-hari mereka mencoba untuk menyelamatkan diri. Namun, satu persatu dari mereka menjadi korban. Tekanan pun mereka alami, karena ada ancaman harimau yang berada di depan mereka.
Dalam novel ini juga diceritakan dengan lengkap dan terperinci bagaimana watak dan kepribadian masing-masing tokoh. Yang mana di setiap tokoh memiliki kebaikan dan keburukan. Dalam novel ini diceritakan bahwa mereka bertujuh harus mengakui semua kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Mengapa? Karena mereka menganggap harimau yang mengejar-ngejar mereka adalah seekor harimau siluman yang diutus Tuhan untuk membinasakan orang-orang yang berdosa. Namun, tak satupun dari mereka yang berani untuk menceritakan hal-hal buruk yang pernah mereka lakukan terhadap satu dan yang lainnya. Salah satu dari mereka menganggap, sebelum membunuh harimau yang memburu-buru mereka, yang tak kalah pentingnya adalah untuk membunuh terlebih dahulu harimau yang berada dalam diri sendiri. Lalu, apa yang terjadi berikutnya? Apakah mereka akan mengaku akan perbuatan dosa yang telah diperbuat agar terelak dari bahaya yang mengancam? Namun, apakah benar, harimau itu adalah seekor harimau siluman?
Novel ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan sebuah terjemahan dalam bahasa Jepang pun sedang dilakukan. Adapun bahasa yang digunakan dalam novel ini memiliki nilai sastra yang tinggi, sehingga novel ini mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama sebagai buku penulisan sastra terbaik di tahun 1975.
Namun, karena penggunaan bahasanya yang tinggi itu sehingga sulit bagi para pembaca awam untuk memahaminya. Kemudian, terdapat beberapa kesalahan penulisan dari novel ini seperti, kata “tupaipun” pada halaman 27 baris 17, yang mana seharusnya ditulis terpisah. Selain itu, menurut saya, banyak terdapat kalimat-kalimat yang tidak sepantasnya ditulisnya atau diceritakan dalam novel ini apabila dibaca oleh siswa, contohnya pada halaman 47 paragraf 4 si penulis terlalu mendeskripsikan hal-hal tabu pada salah satu tokoh


Unsur ekstrinsik novel harimau – harimau
Permasalahan Tentang Perkawinan
Permasalahan tentang perkawinan yang merupakan penggambaran obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! yaitu tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan. Perkawinan diartikan sebagai sesuatu yang tidak perlu dikaitkan dengan dasar-dasar, nilai-nilai, dan norma-norma tertentu. Ia boleh saja dibentuk atau ditiadakan sekiranya kedua pasangan berkeinginan untuk itu. Jadi kehadiran lembaga perkawinan tidak ada artinya, tidak perlu adanya. Calon suami dan calon istri boleh saja membentuk suatu ikatan perkawinan jika mereka berdua berkeinginan untuk itu. Begitu pula terhadap pasangan suami istri, mereka boleh memutuskan ikatan perkawinannya jika mereka tidak bersesuaian lagi tanpa melalui suatu tatanan nilai-nilai atau norma-norma tertentu.
Latar belakang atau penyebab tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan karena suami sudah tua dan “lemah”, suami sibuk dan lama berada di luar rumah dan keterbatasan perekonomian suami dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Akibat dari tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan dapat menimbulkan berbagai macam fenomena sosial. Baik yang berasal dari dalam diri, rumah tangga, maupun masyarakat. Dari dalam diri, seperti terjadinya berbagai macam gejala kejiwaan; berupa rasa benci, dendam, stress, dan sebagainya.Dari dalam rumah tangga, berupa pertengkaran, penyelewengan, dan sebagainya. Dari dalam masyarakat, lebih banyak lagi, di samping terbawa yang datang dari dalam diri dan rumah tangga, ditambah dengan sikap mengasingkan diri, meracuni diri, pemberontakan, dan sebagainya.
Dari sekian banyaknya permasalahan tentang tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan, yang merupakan bagian akibat permasalahan dari obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! yaitu timbulnya kebencian dan penyelewengan istri terhadap suami.
Untuk memperjelas dan membuktikan tentang permasalahan perkawinan yang merupakan obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! yaitu tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan. Perkawinan yang tidak menjanjikan kebahagiaan, malah kadang-kadang sebaliknya. Besar dan kecilnya kebahagiaan dalam suatu perkawinan tergantung dari dasar, tujuan, dan proses pelaksanaan. Jika diwudkan dengan latar belakang yang tegas, tujuan yang jelas, serta dengan proses yang mendalam maka semakin besarlah nilai dan arti kebahagiaan. Tetapi, jika sebaliknya maka semakin kecillah nilai dan arti kebahagiaan. Penyebab terjadinya permasalahan tentang tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan dalam novel Harimau! Harimau! yaitu tidak jelasnya dasar dan tujuan perkawinan yang sesungguhnya. Perkawinan bukanlah merupakan manifestasi dari kerelaan dan rasa saling membutuhkan tetapi dilatarbelakangi oleh keterpaksaan.
Jika suatu perkawinan seperti demikian, sesudahnya banyaklah hal-hal yang dapat meruntuhkan kebahagiaan, yang pada mulanya tidaklah dapat dianggap sebagai penyebabnya. Yang termasuk pada kategori ini seperti usia. Faktor inilah yang menjadi penyebab kedua terjadinya permasalahan perkawinan dalam novel Harimau! Harimau! Suami sudah tua sehingga istri bosan dan benci pada tingkah dan perangainya. Sehingga puncak dari keadaan itu, akhirnya timbullah penyelewengan yang dilakukan oleh istri.
Adapun tokoh cerita yang mendukung permasalahan ini, yaitu Siti Rubyah dengan Wak Hitam. Kedua tokoh ini tidak berbahagia dalam perkawinannya, terutama bagi Rubyah. Akibat dari perkawinan yang tidak membawa kebahagiaan, akhirnya menimbulkan sifat ketidaksetiaan pada diri Siti Rubyah. Dia tidak lagi menjadikan suaminya sebagai tempat untuk mencurahkan segala kasih sayangnya.
Karena Rubyah tidak mendapatkan layanan sebagai seorang istri dari Wak Hitam, suaminya maka timbullah di dalam dirinya usaha untuk mendapatkan hal itu dari Buyung dan Wak Katok yang singgah di ladangnya. Begitulah akhir dari permasalahan tentang perkawinan yang dialami oleh Wak Hitam dan Siti Rubyah.

Pembahasan Hasil PenelitianPermasalahan Tentang Kepemimpinan
Permasalahan tentang kepemimpinan yang merupakan penggambaran obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! Yaitu, lemahnya tugas kepemimpinan dalam kelompok. Pemimpin tidak mampu mengatur serta membina hubungan yang lebih baik dengan para anggota atau bawahannya. Begitu pula, dia tidak mampu melindungi anggota kelompoknya dari serangan lawan. Dia hanya mementingkan keselamatan dan kepentingan diri sendiri.
Adapun yang menjadi penyebab terjadinya permasalahan demikian yaitu pemimpin bersifat lemah dan pura-pura. Kehebatan pemimpin hanya di mulut saja. Mulanya, memang dia dianggap sebagai pemimpin yang hebat dan berwibawa. Tetapi ketika dia dengan kelompoknya berada dalam suatu bahaya, dia tidak mampu menampakkan semuanya itu, sehingga anggota kelompok tidak hormat dan percaya lagi pada dirinya. Anggota kelompok berbalik menentang pemimpinnya.
Dalam novel Harimau! Harimau! ini yang menggambarkan permasalahan tentang kepemimpinan terlihat dari permasalahan yang dialami tokoh yang tergabung dalam kelompok pencari damar, yaitu pemimpim Wak Katok dengan para bawahan atau anggota kelompoknya, Pak Haji Rahmad, Pak Balam, Sutan, Sanip, Talib, dan Buyung.
Wak Katok merupakan orang yang diangkat sebagai pemimpin oleh kelompoknya, kelompok pencari damar. Awalnya, dia diangkat sebagai pemimpin yang sangat dikagumi. Di kampungnya, dia juga menjadi pemimpin. Disamping itu, dia juga seorrang guru pencak, ahli sihir, dan dukun besar. Karena itu, seluruh anggota rombongan pencari damar dan seluruh masyarakat segan dan hormat kepadanya.
Tetapi ketika rombongan itu mencari damar dan berburu di suatu hutan, mereka bertemu dengan seekor harimau yang sedang lapar mengejarnya. Ternyata Wak Katok tidak dapat mengusir harimau dan melindungi anggota kelompok dari bahayanya. Bahkan dia hanya mencari perlindungan untuk dirinya sendiri dan membiarkan saja anggota kelompoknya diancam harimau. Ia tidak dapat menunjukkan kewibawaan dan ketegasannya sebagai pemimpin yang memiliki ilmu sihir, ilmu silat, dan dukun besar yang disegani.
Setelah anggota rombongan menyaksikan sikap pemimpinnya yang demikian, mereka menyadari bahwa yang dianggapnya selama ini salah sama sekali. Wak Katok bukanlah pemimpin yang gagah dan berani tetapi lagaknya sajalah yang demikian.
Kemampuan seorang pemimpin membawahi bawahannya sangat tergantung kepada kewibawaannya. Yang paling menentukan untuk tegaknya kewibawaan yaitu sikap dan kebijaksanaan yang dimilikinya. Pemimpin yang berwibawa tentulah senantiasa mampu melindungi dan menyelamatkan anggotanya dari segala macam bahaya. Bila perlu dialah yang lebih dulu turun untuk mengatasinya. Tetapi hal itulah yang tidak dimiliki oleh Wak Katok. Tidak salah jika para bawahannya tidak simpati dan percaya lagi pada kepemimpinannya atau berbalik menentangnya.
Bila keadaannya telah seperti demikian, tentu hubungan antara pimpinan dan bawahan berubah menjadi hubungan lawan dengan lawan serta jatuh- menjatuhkan. Akibatnya tujuan kelompok semula yang telah direncanakan bersama-sama gagal mencapai tujuan. Begitulah yang terjadi antara pemimpin Wak Katok dengan para anggota bawahannya. Mereka terlibat dalam suatu perkelahian yang membawa pembunuhan. Itulah akhir dari permasalahan tentang kepemimpinan dalam novel Harimau! Harimau! Pemimpin yang lemah atau pura-pura tidak akan berhasil memimpin kelompoknya.

Biografi Mochtar Lubis
Mochtar Lubis (lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922 – meninggal di Jakarta, 2 Juli 2004 pada umur 82 tahun) adalah seorang jurnalis dan pengarang ternama asal Indonesia. Sejak zaman pendudukan Jepang ia telah dalam lapangan penerangan. Ia turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit. Ia mendirikan majalah sastra Horizon bersama-sama kawan-kawannya. Pada waktu pemerintahan rezim Soekarno, ia dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966. Pemikirannya selama di penjara, ia tuangkan dalam buku Catatan Subversif (1980).
Pernah menjadi Presiden Press Foundation of Asia, anggota Dewan Pimpinan International Association for Cultural Freedom (organisasi CIA), dan anggota World Futures Studies Federation.
Novelnya, Jalan Tak Ada Ujung (1952 diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh A.H. John menjadi A Road With No End, London, 1968), mendapat Hadiah Sastra BMKN 1952; cerpennya Musim Gugur menggondol hadiah majalah Kisah tahun 1953; kumpulan cerpennya Perempuan (1956) mendapatkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-1956; novelnya, Harimau! Harimau! (1975), meraih hadiah Yayasan Buku Utama Departeman P & K; dan novelnya Maut dan Cinta (1977) meraih Hadiah Sastra Yayasan Jaya Raya tahun 1979. Selain itu, Mochtar juga menerima Anugerah Sastra Chairil Anwar (1992).
Bibliografi
- Tidak Ada Esok (novel, 1951)
- Si Jamal dan Cerita-Cerita Lain (kumpulan cerpen, 1950)
- Teknik Mengarang (1951)
- Teknik Menulis Skenario Film (1952)
- Harta Karun (cerita anak, 1964)
- Tanah Gersang (novel, 1966)
- Senja di Jakarta (novel, 1970; diinggriskan Claire Holt dengan judul Twilight in Jakarta, 1963)
- Judar Bersaudara (cerita anak, 1971)
- Penyamun dalam Rimba (cerita anak, 1972)
- Manusia Indonesia (1977)
- Berkelana dalam Rimba (cerita anak, 1980)
- Kuli Kontrak (kumpulan cerpen, 1982)
- Bromocorah (kumpulan cerpen, 1983)
Karya jurnalistiknya:
- Perlawatan ke Amerika Serikat (1951)
- Perkenalan di Asia Tenggara (1951)
- Catatan Korea (1951)
- Indonesia di Mata Dunia (1955)
Mochtar Lubis juga menjadi editor:
- Pelangi: 70 Tahun Sutan Takdir Alisyahbana (1979)
- Bunga Rampai Korupsi (bersama James C. Scott, 1984)
- Hati Nurani Melawan Kezaliman: Surat-Surat Bung Hatta kepada Presiden Soekarno (1986)
Terjemahannya:
- Tiga Cerita dari Negeri Dollar (kumpulan cerpen, John Steinbeck, Upton Sinclair, dan John Russel, 1950)
- Orang Kaya (novel F. Scott Fitgerald, 1950)
- Yakin (karya Irwin Shaw, 1950)
- Kisah-kisah dari Eropa (kumpulan cerpen, 1952)
- Cerita dari Tiongkok (terjemahan bersama Beb Vuyk dan S. Mundingsari, 1953)
Studi mengenai Mochtar Lubis:
- M.S. Hutagalung, Jalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis (1963)
- Henri Chambert-Loir, Mochtar Lubis, une vision de l’IndonĂ©sie Contemporaine (diseertasi, Paris, 1974)
- David T. Hill, Mochtar Lubis: Author, Editor, and Political Actor (disertasi, Canberra, 1989)
Sumber (http://id.wikipedia.org/wiki/Mochtar_Lubis)

1 komentar: