selamat datang

selamat datang di blog ini di sini saya akan membahas sesuatu yg luar biasa ku harap teman - teman dapat men support ku

Jumat, 04 Maret 2011

resensi novel Harry Potter and the Deathly Hallows

Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: J. K. Rowling
Pengarang : J. K. Rowling
Judul asli : Harry Potter and the Deathly Hallows
Alur waktu : 1997-1998 dan 2017 pada epilog
Jumlah halaman : 608 (UK), 759 (US)
Harry Potter and the Deathly Hallows adalah buku ketujuh dan terakhir dari seri novel Harry Potter oleh
J. K. Rowling.
Deathly Hallows diluncurkan secara serentak di seluruh dunia di 93 negara[1], pada tanggal 21 Juli 2007, satu menit setelah tengah malam (00:01), British Summer Time.
Judul buku ini diumumkan pada 21 Desember 2006 melalui situs web Rowling, dan dikonfirmasikan tak lama kemudian oleh penerbitnya. [2] Rowling menyatakan bahwa seri terakhir ini berkaitan erat dengan buku sebelumnya, Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran, yang menurutnya “hampir seperti dua bagian dari satu novel”.[3] Rowling meninggalkan sebuah pernyataan yang ditandatangani, tertulis di sebuah patung dada pualam di Hotel Balmoral, Edinburgh, yang menyatakan;
“JK Rowling telah selesai menulis Harry Potter and the Deathly Hallows di ruangan ini (652) pada 11 Januari 2007.”[4]
Dalam situsnya pada 6 Februari 2007, Rowling menyatakan
“Walaupun saya menyukai setiap buku Potter sebelumnya, ‘Deathly Hallows’ adalah favorit saya, dan ini adalah sebuah cara yang sangat menyenangkan untuk menyelesaikan serial ini.”[5]
Buku ini mendapat predikat best-seller di Amazon dan Barnes and Noble hanya beberapa jam setelah tanggal peluncurannya diumumkan.[6]
Bagian di bawah ini mungkin akan membeberkan isi cerita yang penting atau akhir kisahnya.
Buku ketujuh diawali dengan Voldemort dan para Pelahap Mautnya di rumah Lucius Malfoy, yang merencanakan untuk membunuh Harry Potter sebelum ia dapat bersembunyi kembali. Meminjam tongkat sihir Lucius, Voldemort membunuh tawanannya, Profesor Charity Burbage, guru Telaah Muggle di Hogwarts, atas alasan telah mengajarkan subyek tersebut dan telah menganjurkan agar paradigma kemurnian darah penyihir diakhiri.
Harry telah siap untuk melakukan perjalanannya dan membaca obituari Albus Dumbledore; dan terungkaplah bahwa ayah Dumbledore, Percival, adalah seorang pembenci non-penyihir dan telah membunuh banyak Muggle, dan meninggal di Penjara Azkaban atas kejahatannya. Harry kemudian meyakinkan keluarga Dursley bahwa mereka harus segera meninggalkan rumah mereka untuk menghindarkan diri dari para Pelahap Maut. Keluarga Dursley kemudian pergi menyembunyikan diri dengan dikawal sepasang penyihir setelah sebelumnya Dudley melontarkan pengakuan bahwa ia peduli akan Harry.
Bersama-sama dengan anggota Orde Phoenix, Harry kemudian pergi dari rumah Dursley ke The Burrow. Dalam perjalanan itu, Hedwig, burung hantu Harry, terbunuh oleh kutukan pembunuh; George Weasley kehilangan sebelah telinganya; Mad-Eye Moody dibunuh oleh Voldemort sendiri. Belakangan, Harry mendapatkan penglihatan mengenai pelariannya; tongkat sihirnya telah bereaksi dengan tongkat sihir pinjaman Voldemort, menghancurkannya, dan ia juga kemudian mendapatkan penglihatan ketika Voldemort menanyai Ollivander si pembuat tongkat sihir, mengenai mengapa hal itu dapat terjadi.
Beberapa hari kemudian, Menteri Sihir tiba di kediaman Weasley dan memberikan warisan Dumbledore untuk mereka: Delumintaor untuk Ron (alat seperti korek api yang dapat memadamkan cahaya); buku mengenai kisah anak-anak untuk Hermione; dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan snitch pertama yang ditangkap Harry. Namun demikian, pedang tersebut ditahan, karena menurut kementerian pedang tersebut bukanlah milik Dumbledore. Ketiganya berusaha mencari tahu apa dibalik ketiga benda yang diberikan kepada mereka itu. Sehari kemudian adalah hari pernikahan Fleur Delacour dan Bill Weasley.
Setelah diberitakan bahwa Voldemort telah berhasil mengambil alih Kementerian Sihir; Harry, Ron, dan Hermione kemudian bersembunyi di Grimmauld Place nomor 12, rumah yang diwariskan Sirius Black kepada Harry. Ketiganya kemudian menyadari bahwa inisial R.A.B. pada liontin yang didapatkan Dumbledore dan Harry dalam buku keenam adalah Regulus Arcturus Black, adik Sirius. Mereka mulai mencari Horcrux yang dicuri Regulus di rumah keluarga Black itu. Dari Kreacher, mereka mengetahui bahwa ia telah membantu Regulus untuk mendampingi Voldemort menempatkan Horcrux berbentuk liontin itu di gua. Ketika Regulus merasa kecewa dengan Dumbledore, ia memerintahkan Kreacher untuk kembali ke gua dan menukar liontin dengan yang palsu. Regulus terbunuh dalam proses itu. Pada akhirnya, mereka bertiga menyadari bahwa Mundungus Fletcher telah mencuri liontin tersebut dan memberikannya kepada Dolores Umbridge.
Setelah selama satu bulan memata-matai Kementerian Sihir, ketiganya berhasil mengambil Horcrux dari Umbridge. Dalam prosesnya, tempat persembunyian mereka diketahui dan terpaksa melarikan diri ke daerah terpencil, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan tidak dapat lama tinggal di suatu tempat.
Dalam waktu beberapa bulan berpindah-pindah, mereka mendengar bahwa pedang Godric Gryffindor sebenarnya adalah palsu, dan ada yang melakukan sesuatu terhadap pedang aslinya. Dari Phineas Black, Harry mendapatkan bahwa pedang itu terakhir kali digunakan Dumbledore untuk menghancurkan salah satu Horcrux, Cincin Gaunt. Ron kemudian berselisih paham dengan Harry, dan pergi meninggalkan Harry dan Hermione. Harry dan Hermione kemudian pergi ke Godric’s Hollow untuk mencari tahu apakah Dumbledore telah meninggalkan pedang itu di sana.
Di Godric’s Hollow, keduanya mengunjungi tempat pemakaman keluarga di mana keluarga Potter dan Dumbledore dikuburkan. Di Godric’s Holow, mereka juga menemui Bathilda Bagshot, seorang kawan lama Dumbledore yang mengarang buku Sejarah Sihir. Di rumah Bagshot mereka menemukan gambar penyihir hitam Grindelwald, sanak Bagshot, yang pada masa lalu adalah kawan masa kecil Albus Dumbledore. Namun demikian, ternyata mereka terperangkap, karena “Bagshot” itu merupakan penjelmaan ular Voldemort, Nagini. Mereka berhasil melarikan diri dari Voldemort, tetapi tongkat sihir Harry hancur dalam kejadian itu.
Dalam pelarian mereka, Harry akhirnya menemukan bahwa pedang Godric Gryffindor tersembunyi di sebuah kolam beku di tengah sebuah hutan. Ia menyelam ke dalamnya dan mendapati pedang dan kalung liontin Horcrux Voldemort. Kalung itu mencoba mencekik Harry dan hampir menenggelamkannya hingga mati kalau tidak ditolong oleh Ron yang kembali. Keduanya menghancurkan Horcrux dengan pedang itu.
Ketiganya kemudian berbicara kepada Xenophilius Lovegood, ayah Luna Lovegood, dan menanyakan kepada mereka mengenai lambang Grindelwald yang telah berkali-kali muncul selama perjalanan mereka. Di rumah Lovegood, Harry, Ron, dan Hermione mendapatkan kisah penyihir kuno mengenai tiga bersaudara yang mengalahkan kematian, dan masing-masing mendapatkan benda sihir sebagai hasilnya – tongkat sihir yang tak terkalahkan (Elder Wand-tongkat sihir tetua), batu sihir yang dapat menghidupkan kembali yang telah mati (Resurrection Stone-batu kebangkitan) , dan Jubah Gaib (jubah tembus pandang) yang tidak lekang oleh waktu. Harry menyadari bahwa jubah yang dimilikinya adalah adalah Jubah Gaib, dan segera menemukan bahwa Lovegood telah berkhianat dan menyerahkan mereka ke Kementerian. Luna, putrinya, telah ditawan dan Xenophilius berpikir untuk menyerahkan Harry Potter sebagai ganti tawanan. Ketiganya meloloskan diri dan berpikir untuk mengumpulkan ketiga benda
sihir Deathly Hallows, untuk mengalahkan Voldemort.
Harry, Ron, dan Hermione kemudian tertangkap dan dibawa ke rumah Malfoy. Di sana, Hermione disiksa dan diinterogasi oleh Bellatrix Lestrange untuk mengetahui bagaimana mereka memperoleh pedang Godric Gryffindor, karena ia berpikir bahwa mereka telah mencurinya dari lemari besinya di Gringotts. Di bawah tanah, Harry dan Ron dipenjarakan bersama-sama dengan Dean Thomas, goblin Griphook, pembuat tongkat sihir Ollivander, dan Luna Lovegood. Harry berusaha mencari pertolongan dan Dobby muncul untuk menyelamatkannya. Dalam usaha meloloskan diri, mereka dihadang Wormtail yang kemudian terbunuh karena tercekik oleh tangan perak Wormtail yang dibuat Voldemort tanpa berhasil ditolong oleh Ron dan Harry. Mereka berdua kemudian menolong Hermione dengan bantuan Dobby, yang tewas dibunuh oleh Bellatrix.
Harry dan kedua sahabatnya kemudian berusaha mencari rencana baru. Ia menanyai Ollivander mengenai Elder Wand dan mendapati bahwa pemilik terakhirnya adalah Dumbledore. Ia berusaha untuk mencegah Voldemort mengambilnya dari makam Dumbledore. Dibantu Griphook, Hermione menyamar sebagai Bellatrix Lestrange dan bersama-sama Harry dan Ron memasuki lemari besi Bellatrix di Bank Gingrott’s. Di sana mereka menemukan satu lagi Horcrux, piala Hufflepuff. Griphook kemudian mengkhianati mereka dan melarikan diri dan mencuri pedang Godric Gryffindor. Harry, Ron, dan Hermione berhasil melarikan diri, tetapi Voldemort menyadari bahwa mereka mencari Horcrux-Horcruxnya.
Harry mendapatkan penglihatan segera setelah pelarian mereka; ia dapat melihat melalui mata Voldemort dan mengetahui pikirannya. Voldemort telah mendatangi tempat-tempat Horcurxnya disembunyikan dan mengetahui bahwa mereka telah lenyap dan hancur. Secara ceroboh, Voldemort mengungkapkan bahwa Horcrux terakhir berada di Hogwarts. Ketiganya segera pergi ke Hogsmeade untuk mencari jalan masuk ke sekolah Hogwarts. Di Hogsmeade, mereka disudutkan oleh para Pelahap Maut dan diselamatkan oleh Aberforth Dumbledore. Aberforth membuka jalan terowongan ke Hogwarts di mana mereka disambut oleh Neville Longbottom. Setelah menyelamatkan jiwa Draco Malfoy, Harry menemukan Mahkota Ravenclaw tersembunyi di Kamar Kebutuhan dan benda itu dihancurkan.
Di Shrieking Shack, mereka mendapati Voldemort membunuh Severus Snape dengan tujuan untuk mentransfer kekuatan Elder Wand kepada dirinya sendiri. Dalam sekaratnya, Snape memberikan memorinya kepada Harry. Dari memori itu terungkap bahwa Snape berada di sisi Dumbledore, didorong dengan cinta seumur hidupnya kepada Lily Potter. Snape telah diminta Dumbledore untuk membunuh dirinya jika situasinya mengharuskan demikian; karena bagaimanapun juga hidupnya tidak akan lama lagi akibat kutukan yang terdapat di Horcrux Cincin Gaunt. Selanjutnya, terungkap pula bahwa Harry adalah Horcrux terakhir Voldemort, dan ia harus mati juga sebelum Voldemort dapat dibunuh. Pasrah akan nasibnya, Harry mengorbankan diri dan Voldemort melancarkan kutukan untuk membunuhnya. Tapi alih-alih membunuh Harry, kutukan itu malah menghancurkan bagian dari jiwa Voldemort yang terdapat di tubuhnya. Pada akhirnya, setelah Nagini dibunuh oleh Neville, Voldemort kemudian terbunuh setelah
mencoba menggunakan Kutukan pembunuh Avada Kadavra terhadap Harry. Kutukan itu berbalik menyerang Voldemort sendiri oleh Elder Wand.
Dalam kisah di akhir buku, pada tahun 2017, 19 tahun setelah Pertempuran di Hogwarts, Harry dan Ginny Weasley telah memiliki tiga anak bernama James, Albus Severus, dan Lily. Neville Longbottom telah menjadi guru Herbologi di Hogwarts. Ron dan Hermione telah memiliki dua anak bernama Rose dan Hugo. Draco Malfoy memiliki anak bernama Scorpius. Mereka seluruhnya bertemu di stasius kereta api King’s Cross, untuk mengantar anak-anak mereka bersekolah ke Hogwarts. Di sana diungkapkan bahwa bekas luka Harry tidak pernah sakit lagi setelah kekalahan Pangeran Kegelapan.

resensi novel twilight breaking down

Judul buku : Breaking Dawn
Pengarang : Stephenie Meyer
Penerbit di Indonesia : Gramedia
Jumlah halaman : 864

Breaking Dawn (Awal Yang Baru) merupakan novel keempat dari lanjutan seri Novel Twilight Saga setelah Twilight, New Moon dan Eclipse. Novel karya Stephine Meyer ini dibagi ke dalam tiga bagian (part), dimana pada bagian pertama dan ketiga merupakan kisah berdasarkan sudut pandang Bella dan bagian kedua merupakan kisah berdasarkan sudut pandang Jacob.
Bagian pertama novel ini menceritakan masa pernikahan Bella (manusia) dengan Edward (vampir). Di bagian ini, impian Bella untuk menikah dengan Edward, vampir tampan yang sangat dicintainya akhirnya terwujud juga. Bella dan Edward menikah di Gereja kecil dengan dihadiri oleh beberapa teman SMAnya dan beberapa teman keluarga Edward yang juga merupakan ‘vampir vegetarian’, yaitu penghisap darah binatang. setelah menikah, Bella berbulan madu di sebuah pulau kecil yang merupakan hadiah pernikahan dari ibu angkat Edward, Esme (vampir). Di pulau yang terletak di negara Brazil ini, Bella dan Edward menghabiskan liburan yang indah dan tanpa disadari Bella, mereka menciptakan ‘keturunan baru’ (makhluk setengah abadi).
Pada bagian kedua, novel ini dikisahkan dari sudut pandang Jacob, ship-selfter yang mampu berubah wujud menjadi srigala. Dari buku pertama, Twilight hingga keempat pada bagian pertama, Jacob sangat mencintai Bella. Ia tidak rela Bella memilih Edward untuk selamanya. di sini, vampir digambarkan sebagai makhluk dingin sekeras batu yang tidak bernyawa, namun hidup. Di akhir bagian ini juga dikisahkan detik-detik Bella melahirkan anaknya dan transformasi ia menjadi seorang vampir yang sangat cantik dan menawan.
Di bagian terakhir ini, Bella dan keluarga barunya, Cullens hidup bahagia bersama Ship-selfter, Jacob dan kawanannya. Di sini, Jacob tidak lagi mencintai Bella, tetapi ia mencintai anak kandung Bella yang masih bayi, Renesmee. Di bagian ketiga ini, kehidupan bahagia keluarga Cullen sedikit terusik dengan kehadiran Irina, vampir muda yang salah paham mengenai Renesmee. Ia mengira keluarga Cullen menciptakan anak abadi yang menjadi larangan bagi para vampir di dunia. Akibat perbuatan Irina, keluarga Cullen terpaksa meminta bantuan para kawanan vampir dan ship-selfter lainnya untuk mengalahkan Volturi, Penguasa vampir yang melarang penciptaan anak abadi. Akhirnya, kesalahpahaman tersebut berakhir. Irina dihukum mati dan keluarga Cullen hidup bahagia.
Kisah dalam novel keempat ini bakal menjadi film yang sangat menarik sepert film-film sebelumnya; Twilight, New Moon, dan Eclipse. Di novel ini digambarkan pula secara terperinci kekuatan-kekuatan para vampire yang menjadi bakat supranatural mereka. Novel Breaking Dawn ini sungguh memberikan inspiratif bagi kalangan remaja mengenai keluarga, pengorbanan, dan kasih sayang.

beberapa url yang bermamfaat

http://www.examenglish.com/
http://en.origami-club.com
http://www.hargakomputer.net
http://mangacan.blogspot.com/2010/03/manga-comic-hunter-x-hunter-indonesia_7192.html
http://finalfantasy-xiii.net/forums/showthread.php?t=10311
http://gzrock.wordpress.com/2010/03/13/naruto-shippuuden-2010-calendar/
http://mediapemb.blogspot.com/2010/01/matriks-powerpoint-ppt.html
http://id.shvoong.com
http://romhustler.net/roms/psx/f
hackcenter.wordpress.com
getpersonas.com
www.sitonomy.com
http://dailydown.net
http://www.onlyfunnystories.com/MedicalProblem.asp
jmusicdream.wordpress.com
www.crackfound.com
dONGHAENG
filehippo.com
d60pc.com
animeultima.tv
goodanime.net
revolutionanime.net
http://www.video-animation.com/
http://gudang-biografi.blogspot.com/2010_09_01_archive.html
http://www.hlusoe.info/
http://www.megindo.net/animonster/
http://www.epicwar.com/maps/search/
http://animestash.info/anime/show/1950
http://d60pc.com/redirectdownload/
http://evaphone.com/
http://asimtot.wordpress.com/download/
http://www.24hshared.com
http://www.filterforge.com/download/
http://www.rudytarigan.com/photoshop/downaload-gratis-ribuan-styles-photoshop.htm
http://forantum.blogspot.com/2010/11/fitur-baru-mini-share-button-di.html
http://maswafa.blogspot.com/2010/06/trik-tips-mudah-cara-hack-facebook.html#axzz16IFsILx9
http://www.japaneselifestyle.com.au/travel/kyoto_temple.htm
http://yog-movie.blogspot.com/2010/11/death-bell-2-bloody-camp-gosa-du.html
http://subtitlefilm.blogspot.com/2010/10/one-piece-film-strong-world-bdrip.htm
http://www.filecrop.com/45847880/index.html
http://aaheroe.info/cara-mudah-membuka-file-microsoft-word-2007-docx-di-microsoft-word-2003.htm


mudahan bermamfaat

Minggu, 27 Februari 2011

resensi novel harimau harimau dan biografi mochtar lubis


Judul : Harimau! Harimau!

Pengarang : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Halaman : 220 halaman
Terbit : 2002
Dalam novel “Harimau! Harimau!”, diceritakan bahwa tokoh “Buyung” adalah seorang pemuda yang baru berumur 19 tahun, namun ia telah bekerja untuk mencari nafkah ke hutan belantara. Di hutan, ia tak sendiri, ada Wak Katok, Pak Haji, Pak Balam, Sutan, Sanip, dan Talib yang menemaninya. Mereka bertujuh pergi ke hutan untuk mengumpulkan damar.
Perjalanan mereka yang diceritakan dalam novel kali ini merupakan suatu petualangan yang amat menegangkan. Buyung dan yang lainnya, dikejar-kejar oleh seekor harimau yang kelaparan. Berhari-hari mereka mencoba untuk menyelamatkan diri. Namun, satu persatu dari mereka menjadi korban. Tekanan pun mereka alami, karena ada ancaman harimau yang berada di depan mereka.
Dalam novel ini juga diceritakan dengan lengkap dan terperinci bagaimana watak dan kepribadian masing-masing tokoh. Yang mana di setiap tokoh memiliki kebaikan dan keburukan. Dalam novel ini diceritakan bahwa mereka bertujuh harus mengakui semua kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Mengapa? Karena mereka menganggap harimau yang mengejar-ngejar mereka adalah seekor harimau siluman yang diutus Tuhan untuk membinasakan orang-orang yang berdosa. Namun, tak satupun dari mereka yang berani untuk menceritakan hal-hal buruk yang pernah mereka lakukan terhadap satu dan yang lainnya. Salah satu dari mereka menganggap, sebelum membunuh harimau yang memburu-buru mereka, yang tak kalah pentingnya adalah untuk membunuh terlebih dahulu harimau yang berada dalam diri sendiri. Lalu, apa yang terjadi berikutnya? Apakah mereka akan mengaku akan perbuatan dosa yang telah diperbuat agar terelak dari bahaya yang mengancam? Namun, apakah benar, harimau itu adalah seekor harimau siluman?
Novel ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan sebuah terjemahan dalam bahasa Jepang pun sedang dilakukan. Adapun bahasa yang digunakan dalam novel ini memiliki nilai sastra yang tinggi, sehingga novel ini mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama sebagai buku penulisan sastra terbaik di tahun 1975.
Namun, karena penggunaan bahasanya yang tinggi itu sehingga sulit bagi para pembaca awam untuk memahaminya. Kemudian, terdapat beberapa kesalahan penulisan dari novel ini seperti, kata “tupaipun” pada halaman 27 baris 17, yang mana seharusnya ditulis terpisah. Selain itu, menurut saya, banyak terdapat kalimat-kalimat yang tidak sepantasnya ditulisnya atau diceritakan dalam novel ini apabila dibaca oleh siswa, contohnya pada halaman 47 paragraf 4 si penulis terlalu mendeskripsikan hal-hal tabu pada salah satu tokoh


Unsur ekstrinsik novel harimau – harimau
Permasalahan Tentang Perkawinan
Permasalahan tentang perkawinan yang merupakan penggambaran obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! yaitu tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan. Perkawinan diartikan sebagai sesuatu yang tidak perlu dikaitkan dengan dasar-dasar, nilai-nilai, dan norma-norma tertentu. Ia boleh saja dibentuk atau ditiadakan sekiranya kedua pasangan berkeinginan untuk itu. Jadi kehadiran lembaga perkawinan tidak ada artinya, tidak perlu adanya. Calon suami dan calon istri boleh saja membentuk suatu ikatan perkawinan jika mereka berdua berkeinginan untuk itu. Begitu pula terhadap pasangan suami istri, mereka boleh memutuskan ikatan perkawinannya jika mereka tidak bersesuaian lagi tanpa melalui suatu tatanan nilai-nilai atau norma-norma tertentu.
Latar belakang atau penyebab tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan karena suami sudah tua dan “lemah”, suami sibuk dan lama berada di luar rumah dan keterbatasan perekonomian suami dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Akibat dari tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan dapat menimbulkan berbagai macam fenomena sosial. Baik yang berasal dari dalam diri, rumah tangga, maupun masyarakat. Dari dalam diri, seperti terjadinya berbagai macam gejala kejiwaan; berupa rasa benci, dendam, stress, dan sebagainya.Dari dalam rumah tangga, berupa pertengkaran, penyelewengan, dan sebagainya. Dari dalam masyarakat, lebih banyak lagi, di samping terbawa yang datang dari dalam diri dan rumah tangga, ditambah dengan sikap mengasingkan diri, meracuni diri, pemberontakan, dan sebagainya.
Dari sekian banyaknya permasalahan tentang tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan, yang merupakan bagian akibat permasalahan dari obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! yaitu timbulnya kebencian dan penyelewengan istri terhadap suami.
Untuk memperjelas dan membuktikan tentang permasalahan perkawinan yang merupakan obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! yaitu tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan. Perkawinan yang tidak menjanjikan kebahagiaan, malah kadang-kadang sebaliknya. Besar dan kecilnya kebahagiaan dalam suatu perkawinan tergantung dari dasar, tujuan, dan proses pelaksanaan. Jika diwudkan dengan latar belakang yang tegas, tujuan yang jelas, serta dengan proses yang mendalam maka semakin besarlah nilai dan arti kebahagiaan. Tetapi, jika sebaliknya maka semakin kecillah nilai dan arti kebahagiaan. Penyebab terjadinya permasalahan tentang tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan dalam novel Harimau! Harimau! yaitu tidak jelasnya dasar dan tujuan perkawinan yang sesungguhnya. Perkawinan bukanlah merupakan manifestasi dari kerelaan dan rasa saling membutuhkan tetapi dilatarbelakangi oleh keterpaksaan.
Jika suatu perkawinan seperti demikian, sesudahnya banyaklah hal-hal yang dapat meruntuhkan kebahagiaan, yang pada mulanya tidaklah dapat dianggap sebagai penyebabnya. Yang termasuk pada kategori ini seperti usia. Faktor inilah yang menjadi penyebab kedua terjadinya permasalahan perkawinan dalam novel Harimau! Harimau! Suami sudah tua sehingga istri bosan dan benci pada tingkah dan perangainya. Sehingga puncak dari keadaan itu, akhirnya timbullah penyelewengan yang dilakukan oleh istri.
Adapun tokoh cerita yang mendukung permasalahan ini, yaitu Siti Rubyah dengan Wak Hitam. Kedua tokoh ini tidak berbahagia dalam perkawinannya, terutama bagi Rubyah. Akibat dari perkawinan yang tidak membawa kebahagiaan, akhirnya menimbulkan sifat ketidaksetiaan pada diri Siti Rubyah. Dia tidak lagi menjadikan suaminya sebagai tempat untuk mencurahkan segala kasih sayangnya.
Karena Rubyah tidak mendapatkan layanan sebagai seorang istri dari Wak Hitam, suaminya maka timbullah di dalam dirinya usaha untuk mendapatkan hal itu dari Buyung dan Wak Katok yang singgah di ladangnya. Begitulah akhir dari permasalahan tentang perkawinan yang dialami oleh Wak Hitam dan Siti Rubyah.

Pembahasan Hasil PenelitianPermasalahan Tentang Kepemimpinan
Permasalahan tentang kepemimpinan yang merupakan penggambaran obsesi Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau! Yaitu, lemahnya tugas kepemimpinan dalam kelompok. Pemimpin tidak mampu mengatur serta membina hubungan yang lebih baik dengan para anggota atau bawahannya. Begitu pula, dia tidak mampu melindungi anggota kelompoknya dari serangan lawan. Dia hanya mementingkan keselamatan dan kepentingan diri sendiri.
Adapun yang menjadi penyebab terjadinya permasalahan demikian yaitu pemimpin bersifat lemah dan pura-pura. Kehebatan pemimpin hanya di mulut saja. Mulanya, memang dia dianggap sebagai pemimpin yang hebat dan berwibawa. Tetapi ketika dia dengan kelompoknya berada dalam suatu bahaya, dia tidak mampu menampakkan semuanya itu, sehingga anggota kelompok tidak hormat dan percaya lagi pada dirinya. Anggota kelompok berbalik menentang pemimpinnya.
Dalam novel Harimau! Harimau! ini yang menggambarkan permasalahan tentang kepemimpinan terlihat dari permasalahan yang dialami tokoh yang tergabung dalam kelompok pencari damar, yaitu pemimpim Wak Katok dengan para bawahan atau anggota kelompoknya, Pak Haji Rahmad, Pak Balam, Sutan, Sanip, Talib, dan Buyung.
Wak Katok merupakan orang yang diangkat sebagai pemimpin oleh kelompoknya, kelompok pencari damar. Awalnya, dia diangkat sebagai pemimpin yang sangat dikagumi. Di kampungnya, dia juga menjadi pemimpin. Disamping itu, dia juga seorrang guru pencak, ahli sihir, dan dukun besar. Karena itu, seluruh anggota rombongan pencari damar dan seluruh masyarakat segan dan hormat kepadanya.
Tetapi ketika rombongan itu mencari damar dan berburu di suatu hutan, mereka bertemu dengan seekor harimau yang sedang lapar mengejarnya. Ternyata Wak Katok tidak dapat mengusir harimau dan melindungi anggota kelompok dari bahayanya. Bahkan dia hanya mencari perlindungan untuk dirinya sendiri dan membiarkan saja anggota kelompoknya diancam harimau. Ia tidak dapat menunjukkan kewibawaan dan ketegasannya sebagai pemimpin yang memiliki ilmu sihir, ilmu silat, dan dukun besar yang disegani.
Setelah anggota rombongan menyaksikan sikap pemimpinnya yang demikian, mereka menyadari bahwa yang dianggapnya selama ini salah sama sekali. Wak Katok bukanlah pemimpin yang gagah dan berani tetapi lagaknya sajalah yang demikian.
Kemampuan seorang pemimpin membawahi bawahannya sangat tergantung kepada kewibawaannya. Yang paling menentukan untuk tegaknya kewibawaan yaitu sikap dan kebijaksanaan yang dimilikinya. Pemimpin yang berwibawa tentulah senantiasa mampu melindungi dan menyelamatkan anggotanya dari segala macam bahaya. Bila perlu dialah yang lebih dulu turun untuk mengatasinya. Tetapi hal itulah yang tidak dimiliki oleh Wak Katok. Tidak salah jika para bawahannya tidak simpati dan percaya lagi pada kepemimpinannya atau berbalik menentangnya.
Bila keadaannya telah seperti demikian, tentu hubungan antara pimpinan dan bawahan berubah menjadi hubungan lawan dengan lawan serta jatuh- menjatuhkan. Akibatnya tujuan kelompok semula yang telah direncanakan bersama-sama gagal mencapai tujuan. Begitulah yang terjadi antara pemimpin Wak Katok dengan para anggota bawahannya. Mereka terlibat dalam suatu perkelahian yang membawa pembunuhan. Itulah akhir dari permasalahan tentang kepemimpinan dalam novel Harimau! Harimau! Pemimpin yang lemah atau pura-pura tidak akan berhasil memimpin kelompoknya.

Biografi Mochtar Lubis
Mochtar Lubis (lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922 – meninggal di Jakarta, 2 Juli 2004 pada umur 82 tahun) adalah seorang jurnalis dan pengarang ternama asal Indonesia. Sejak zaman pendudukan Jepang ia telah dalam lapangan penerangan. Ia turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit. Ia mendirikan majalah sastra Horizon bersama-sama kawan-kawannya. Pada waktu pemerintahan rezim Soekarno, ia dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966. Pemikirannya selama di penjara, ia tuangkan dalam buku Catatan Subversif (1980).
Pernah menjadi Presiden Press Foundation of Asia, anggota Dewan Pimpinan International Association for Cultural Freedom (organisasi CIA), dan anggota World Futures Studies Federation.
Novelnya, Jalan Tak Ada Ujung (1952 diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh A.H. John menjadi A Road With No End, London, 1968), mendapat Hadiah Sastra BMKN 1952; cerpennya Musim Gugur menggondol hadiah majalah Kisah tahun 1953; kumpulan cerpennya Perempuan (1956) mendapatkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-1956; novelnya, Harimau! Harimau! (1975), meraih hadiah Yayasan Buku Utama Departeman P & K; dan novelnya Maut dan Cinta (1977) meraih Hadiah Sastra Yayasan Jaya Raya tahun 1979. Selain itu, Mochtar juga menerima Anugerah Sastra Chairil Anwar (1992).
Bibliografi
- Tidak Ada Esok (novel, 1951)
- Si Jamal dan Cerita-Cerita Lain (kumpulan cerpen, 1950)
- Teknik Mengarang (1951)
- Teknik Menulis Skenario Film (1952)
- Harta Karun (cerita anak, 1964)
- Tanah Gersang (novel, 1966)
- Senja di Jakarta (novel, 1970; diinggriskan Claire Holt dengan judul Twilight in Jakarta, 1963)
- Judar Bersaudara (cerita anak, 1971)
- Penyamun dalam Rimba (cerita anak, 1972)
- Manusia Indonesia (1977)
- Berkelana dalam Rimba (cerita anak, 1980)
- Kuli Kontrak (kumpulan cerpen, 1982)
- Bromocorah (kumpulan cerpen, 1983)
Karya jurnalistiknya:
- Perlawatan ke Amerika Serikat (1951)
- Perkenalan di Asia Tenggara (1951)
- Catatan Korea (1951)
- Indonesia di Mata Dunia (1955)
Mochtar Lubis juga menjadi editor:
- Pelangi: 70 Tahun Sutan Takdir Alisyahbana (1979)
- Bunga Rampai Korupsi (bersama James C. Scott, 1984)
- Hati Nurani Melawan Kezaliman: Surat-Surat Bung Hatta kepada Presiden Soekarno (1986)
Terjemahannya:
- Tiga Cerita dari Negeri Dollar (kumpulan cerpen, John Steinbeck, Upton Sinclair, dan John Russel, 1950)
- Orang Kaya (novel F. Scott Fitgerald, 1950)
- Yakin (karya Irwin Shaw, 1950)
- Kisah-kisah dari Eropa (kumpulan cerpen, 1952)
- Cerita dari Tiongkok (terjemahan bersama Beb Vuyk dan S. Mundingsari, 1953)
Studi mengenai Mochtar Lubis:
- M.S. Hutagalung, Jalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis (1963)
- Henri Chambert-Loir, Mochtar Lubis, une vision de l’IndonĂ©sie Contemporaine (diseertasi, Paris, 1974)
- David T. Hill, Mochtar Lubis: Author, Editor, and Political Actor (disertasi, Canberra, 1989)
Sumber (http://id.wikipedia.org/wiki/Mochtar_Lubis)

resensi novel anak perawan di sarang penyamun dan biografi Sutan Takdir Alisyahbana

Anak Perawan Di Sarang Penyamun
Judul Novel : Anak Perawan Di Sarang Penyamun
Pengarang : Sutan Takdir Alisyahbana
Penerbit : Dian Rakyat
Tebal Buku : 126 Halaman
Tempat Terbit : Jakarta


ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN

SINOPSIS:

Seorang saudagar kaya bernama Haji Sahak akan pergi berdagang ke Palembang. Dari Pagar Alam ke Palembang itu, Haji Sahak membawa puluhan kerbau dan beberapa macam barang dagangan lainnya. Istri dan anak perawannya juga ikut pergi bersamanya ke Palembang.
Di tengah-tengah perjalanan, rombongan Haji Sahak dihadang oleh segerombolan perampok yang di pimpin Medasing. Haji Sahak, dan istrinya yang bernama Nyai Hajjah Andun, beserta rombongan dibunuh oleh perampok itu. Akan tetapi, Sayu, anak perawan Haji Sahak itu tidak mereka bunuh. Kemudian Sayu ikut dibawa ke sarang penyamun itu.
Suatu hari Samad, anak buah Medasing yang tugasnya sebagai pengintai datang ke sarang penyamun. Maksud kedatanganya adalah untuk meminta bagian dari hasil perampokan Medasing. Namun selama Samad berada di sarang penyamun itu, ia langsung jatuh hati pada Sayu yang memang sangat cantik. Secara diam-diam dia berniat membawa Sayu lari dari Sarang penyamun itu. Dan niatnya itu ia bisikan kepada Sayu secara diam-diam. Samad berjanji pada Sayu bahwa dia akan mengembalikan Sayu kepada orang tuanya.
Awalnya Sayu terbujuk oleh rayuan dan janji-janji Samad itu. Dalam dirinya sudah memutuskan untuk ikut lari bersama Samad. Akan tetapi sebelum niat untuk kabur terlaksana, Sayu mulai menangkap gelagat tidak baik dari Samad. Dia mulai ragu dan tidak percaya dengan janji-janji Samad itu. Dihari yang mereka sepakati untuk lari tersebut, Sayu dengan tegas menolak ajakan Samad. Walaupun dengan berat hati untuk sementara dia akan tetap tinggal di sarang penyamun itu.
Setelah berhasil merampok keluarga saudagar Haji Sahak, rupanya dalam perampokan-perampokan Medasing dan kawan selanjutnya sering mengalami kegagalan. Kegagalan perapokan yang mereka lakukan sebenarnya disebabkan karena rencana mereka selalu dibocorkan oleh Samad. Samad selalu membocorkan rencana Medasing kepada Saudagar dan pedagang kaya yang akan mereka rampok. Itu sebabnya, setiap kali mereka menyerang para pedagang atau saudagar yang lewat, mereka pasti mendapat perlawanan yang luar biasa. Para saudagar dan pedagang sudah menunggu Medasing dan kawan-kawannya. Akibatnya anak buah Medasing banyak yang meninggal ataupun terluka parah. Lama-kelamaan anak buah Medasing hanya tersisa seorang saja, yaitu Sanip. Betapa hancur hati Medasing menerima kenyataan pahit ini. Malah hatinya semakin pilu, ketika dalam perampokan yang terakhir kali, Sanip orang yang paling dia sayangi itu meninggal. Medasing sendiri terluka parah. Namun bisa menyelamatkan diri.
Setelah Sanip meninggal dunia, di sarang penyamun itu hanya tinggal Sayu dan Medasing saja. Sewaktu Medasing terlupa parah, Sayu bingung sekali. Persediaan mereka makin menipis. Dengan penuh rasa kekhawatiran dan rasa takut, Sayu mendekati Medasing. Dia tidak sampai hati melihatnya dalam keadaan parah. Hati nuraninya tergerak ingin mencoba merawat luka-luka yang diderita oleh Medasing.
Awalnya Sayu sangat takut dengan Medasing. Antara perasaan ingin menolong dengan perasaan takut berkcamuk dalam hati Sayu, akan tetapi perasaan takut dan benci itu, akhirnya kalah juga oleh perasaannya yang ingin menolong. Dia memberanikan diri mendekati Medasing. Dengan takut-takut dan gemetaran dia mengobati Medasing. Mula-mula mereka berdua tidak banyak biacara, namun lama kelamaan antara Sayu dan Medasing menjadi akrab. Medasing suka membicarakan pengalaman hidupnya. Dari cerita Medasing tentang bagaimana ia sebelum menjadi seorang penyamun yang sangat ditakuti sekarang ini, Medasing bukanlah keturunan seorang penyamun. Medasing keturunan orang baik-baik.
Dulu Medasing anak seorang saudagar kaya. Ayah Medasing yang kaya itu dirampok secara oleh segerombolan penjahat. Kedua orang tuanya dibantai dan dibunuh oleh gerombolan penjahat itu. Dia sendiri, karena masih kecil sekali, tidak dibunuh oleh gerombolan tersebut. Medasing lalu dibawa ke sarang gerombolan. Karena pimpinan penyamun itu tidak punya anak, Medasing begitu disayanginya. Dia lalu diangkat oleh kepala penyamun itu sebagai anaknya. Setelah ayah angkatnya meninggal dunia, pucuk pimpinan gerombolan penyamun langsung dipegang Medasing. Jadi gerombolan perampok yang dia pimpin sekarang ini adalah gerombolan penyamun warisan dari ayah angkatnya. Medasing sendiri tak pernah bercita-cita ingin menjadi penyamun, apalagi menjadi pimpinan perampok. Mendengar cerita itu hati Sayu menjadi luluh juga. Rasa benci dan dendam pada Medasing lama kelamaan menjadi luntur. Kemudian dengan penuh kesabaran dan penuh kasih sayang yang tulus, Sayu merawatnya sampai sembuh.
Persediaan makanan dalam hutan sudah habis. Sayu sangat khawatir akan keadaan itu. Itulah sebabnya dia mencoba mengajak Medasing agar bersedia keluar dari persembunyiannya. dan akhirnya mereka keluar dari hutan menuju kota Pagar Alam. Sesampainya di kota Pagar Alam, keduanya langsung menuju ke rumah Sayu. Tapi sampai di rumahnya, Sayu sangat terkejut, sebab rumah itu sekarang bukan milik mereka lagi, tapi sudah menjadi milik orang lain. Menurut penuturan penghuni baru itu, ibunya sekarang tinggal di pinggiran kampung. Mendengar itu, kedua orang ini langsung pergi menuju ke tempat Nyai Haji Andun. Ternyata Nyai Haji Andun tidak meninggal sewaktu diserang Medasing dan kawan perampoknya. Dia hanya terluka parah dan berhasil sembuh. Sekarang dia tinggal sendirian di ujung kampong dengan keadaan sakit keras. Disaat ibunya sedang kritis, Medasing dan Sayu muncul dihadapannya. Betapa bahagianya Nyai Haji Andun bertemu dengan anak perawan yang sangat dirindukannya itu. Dan rupanya itulah pertemuan terakhir mereka. Menyaksikan kenyataan itu hati Sayu hancur, Medasing sendiri juga hancur hatinya. Kenyataan telah menyadarkan dirinya betapa kejamnya dia selama ini. Dia begitu menyesal. Dia sangat malu dan berdosa kepada Sayu dan keluarganya.
Sejak itu Medasing berubah total hidupnya. Dia menjadi seorang hartawann yang sangat penyayang pada siapa saja. Lima belas tahun kemudian Medasing berangkat ke tanah suci. Kembalinya dari tanah suci, ramai orang-orang kampong menyambut kedatangannya dan Medasing mengubah namanya menjadi Haji Karim. Suatu malam, ketika Haji Karim sedang duduk termenung sambil mengenang masa lalunya yang kelam, tiba-tiba pintu rumahnya ada yang mengetuk. Ternyata orang yang mengetuk pintu itu adalah Samad. Haji Karim masih kenal dengan Samad sebab Samad adalah anak buahnya sendiri yang selalau ia beri tugas sebagai pengintai para saudagar yang sedang lewat sebelum dirampok. Haji karim yang tidak lain adalah Medasing itu, mengajak Samad agar bersedia hidup bersamanya. Waktu itu Samad memang tinggal di rumah Haji Karim dan istrinya yaitu Sayu. Namun paginya secara diam-diam Samad meninggalkan rumah Haji Karim. Dia pergi entah kemana, sementara Haji Karim dan keluarganya hidup tenteram dan damai di kampung.

Unsur intrinsik novel anak perawan di sarang penyamun
a). Tema.
Perubahan sikap orang yang dari buruk menjadi baik.
b). Amanat.
Dalam cerita ini bahwa sejahat-jahatnya orang pada akhirnya ia sadar apa yang ia lakukan itu selama ini salah,dan bertaubatlah dalam perbuatan yang sangat kejam itu menjadi berbuat baik.
c). Alur.
Alur maju sebab suatu sikap yang buruk menjadi yang baik.
d). Tokoh.
- Lima para Penyamun : Medasing, Tusin, Amat, Sohan, Sanip.
- Haji sahak dan nyai hajjah andun.
- Sayu anak dari haji sahak.
- Samad.
e). Latar.
Dalam cerita ini latar yang diambil adalah tempat yang berada ditengah hutan yang belantara, dan tempat lainnya itu palembang.
f). Sudut Pandang.
Menceritakan tentang lukisan alam yang hidup, menggambarkan hutan belantara yang sangat luas dan kebesaran Allah yang menciptakannya.
g). Gaya Penulisan.
Dalam gaya bahasa yang digunakan sanngat menarik dan gaya bahasa yang hidup dan lincah seperti anak air di pegunungan.
Unsur ekstrinsik novel anak perawan di sarang penyamun
Biografi pengarang
Sutan Takdir Alisyahbana

Sutan Takdir Alisyahbana adalah motor dan pejuang gerakan pujangga Baru. Dia dilahirkan di Natal, Tapanuli Selatan, puda tanggal 11I Pebruari 1908. Buku roman pertamanya adalah Tak putus Dirundung Malang yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, tempat dia bekerja.
Mula-mula Sutan Takdir Alisyahbana bersekolah di HD Bangkahulu, kemudian melanjutkan ke Kweekschool di Muara Enim, dan HBS di Bandung. Setelah itu, ia melanjutkan ke perguruan tinggi, yaitu RHS ( Recht HogeSchool) di Jakarta. Pada tahun 1942 Sutan Takdir Alisyahbana mendapat gelar Meester in de rechten (Sarjana Hukum).
Selain itu, Takdir mengikuii titiatrtentang ilmu bahasa umum, kebudayaan Asia, dan filsafat. Peranan Sutan Takdir Alisyahbana dalam bidang sastra, budaya, dan bahasa sangat besar. Ia telah menulis beberapa judul buku yang berhubungan dengan ketiga bidang tersebut. Kiprahnya di dunia sastra dimulai dengan tulisannya Tak Putus Dirundung Malang (1929). Disusul dengan karyanya yang lain, yaitu Diam Tak Kunjung padam (1932), Layar Terkembang 1936, Anak Perawan di Sarang Penyamun (1941l), Grotta Azzura (1970), Tebaran Mega, Kalah dan Menang (1978), Puisi Lama (1941), dan puisi Baru (1946). Karyanya yang lain yang bukan berupa karya sastra ialah Tata bahasa Bahasa Indonesia (1936), Pembimbing ke Filsafat (1946), Dari perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia (1957), dan Revolusi Masyarikat "dan Kebudayaan di indonesia (1966).
Salah satu karyanya yang mendapat sorotan masyarakat dan para peminat sastra yaitu Layar Terkembang. Novel ini telah mengalami cetak ulang beberapa kali. Selain itu, Layar Terkembang merupakan cerminan cita-citanya. Dalam novel ini Takdir merenuangkan gagasannya dalam memajukan masyarakat, terutama gagasan memajukan peranan kaum wanita. cita-cita Takdir digambarkannya melalui tokoh Tuti sebagai wanita Indonesia yang berpikiran maju yang aktif dalam pergerakan wanita. Layar Terkembang merupakan puncak karya sastra Pujangga Baru.

resensi novel siti nurbaya dan biografi marah rusli

Siti Nurbaya

Oleh Marah Rusli

Sinopsis :
Ibunya Siti Nurbaya meninggal saat ia masih kecil, maka bisa dikatakan itulah awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Awalnya usaha Baginda Sulaiman mangalami kemajuan pesat. Tetapi Datuk Maringgih tidak menyukai keadaan itu, maka untuk melampiaskan keserakahannya, Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Akhirnya semua usaha Baginda Sulaiman hancur. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu, Baginda Sulaiman yang sudah tak sanggup lagi membayar hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain menyerahkan Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih. Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.
Suatu hari, ketika Samsulbahri dalam liburan ke Padang, ia bertemu dengan Siti Nurbaya yang telah menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Karena kaget dan takut Siti Nurbaya pun berteriak. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya di rumah, yang tengah terbaring sakit karena penderitaannya begitu berat. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi ia terjatuh dan menghembuskan nafas terakhir. Karena kejadian itu, Datuk Maringgih pun mengusir Siti Nurbaya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, ia ingin menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi hal itu diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringih. Karena itu, dengan siasat dan fitnahnya, Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantara polisi.
Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri, tetapi untung saja ia tidak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, di kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang.
Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan, tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh , namun sebelum tewas ia sempat melukai kepala Samsulbahri dengan parangnya. Samsulbahri segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahnya, dan meminta untuk di kuburkan di sebelah kuburan Siti Nurbaya
Unsur Intrinsik :
1. Tema :Kawin paksa (kasih tak sampai)
2. Alur:Alur maju
Sepuluh tahun kemudian, di kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang- orangnya.
3. Setting :Tempat : kios, Padang, Jakarta, rumah, kantor
polisi, rumah sakit
Waktu : siang, malam
4. Suasana : Mengharukan : saat Siti Nurbaya dan
keluarganya jatuh miskin
5. Perwatakan :
- Datuk Maringgih, licik : ia menagih hutang kepada Baginda Sulaiman, saat Baginda bangkrut
- Siti Nurbaya, wanita lemah : ia tidak bisa berbuat apa-apa saat Datuk Maringgih ingin menikahinya
- Samsul Bahri, tak pantang menyerah : ia tetap
mempertahankan
cintanya
kepada
Siti
Nurbaya walaupun akhirnya tak berhasil
6. Amanat : Kekuatan cinta tak akan ada yang bisa
mengalahkan, kecuali kamatian.






Unsur Ekstrinsik :
Nilai Ekonomi
:
Saat toko-toko Baginda di hangus dibakar oleh Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman dan Siti Nurbaya jatuh miskin.
Nilai sejarah
:
Pemberontakan Datuk Maringgih berkaitan dengan kebijaksanaan Belanda dalam masalah pajak pada saat itu

Biografi marah rusli

Di antara deret nama sastrawan Balai Pustaka, nama Marah Rusli adalah nama yang cukup terkenal, kalau belum dapat dikatakan paling terkenal. Keterkenalannya karena karyanya Siti Nurbaya (sebuah roman) yang diterbitkan pada tahun 1920 sangat banyak dibicarakan orang, bahkan sampai kini. Siti Nurbaya telah melegenda, wanita yang dipaksa kawin oleh orang tuanya, dengan lelaki yang tidak diinginkannya
Marah Rusli, sang sastrawan itu, bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar. Ia dilahirkan di Padang pada tanggal 7 Agustus 1889. Ayahnya, Sultan Abu Bakar, adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang. Meski lebih terkenal sebagai sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan. Berbeda dengan Taufiq Ismail dan Asrul Sani yang memang benar-benar meninggalkan profesinya sebagai dokter hewan karena memilih menjadi penyair, Marah Rusli tetap menekuni profesinya sebagai dokter hewan hingga pensiun pada tahun 1952 dengan jabatan terakhir Dokter Hewan Kepala.
Dalam sejarah sastra Indonesia, Marah Rusli tercatat sebagai pengarang roman yang pertama dan diberi gelar oleh H.B. Jassin sebagai “Bapak Roman Modern Indonesia”. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia, bentuk prosa yang biasanya digunakan adalah hikayat.
Kesukaan Marah Rusli terhadap kesusastraan sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Ia sangat senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba, tukang dongeng ( di Sumatera Barat) yang berkeliling kampung menjual ceritanya, dan membaca buku-buku sastra.
Marah Rusli berpendidikan tinggi dan buku-buku bacaannya banyak yang berasal dari Barat yang menggambarkan kemajuan zaman. Ia kemudian melihat bahwa adat yang melingkupinya tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Hal itu melahirkan pemberontakan dalam hatinya yang dituangkannya ke dalam karyanya, Siti Nurbaya. Ia ingin melepaskan masyarakatnya dari belenggu adat yang tidak memberi kesempatan bagi yang muda untuk menyatakan pendapat atau keinginannya.
Dalam Siti Nurbaya telah diletakkan landasan pemikiran yang mengarah pada emansipasi wanita. Cerita itu membuat wanita mulai memikirkan akan hak-haknya, apakah ia hanya menyerah karena tuntutan adat (dan tekanan orang tua) ataukah ia harus mempertahankan yang diinginkannya. Ceritanya menggugah dan meninggalkan kesan yang mendalam kepada pembacanya. Kesan itulah yang terus melekat hingga sampai kini pun, setelah lebih delapan puluh tahun novel itu dilahirkan, Siti Nurbaya tetap diingat dan dibicarakan.
Selain Siti Nurbaya, Marah Rusli juga menulis beberapa roman lainnya. Akan tetapi, Siti Nurbaya itulah yang terbaik. Roman itu mendapat hadiah tahunan dalam bidang sastra dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1969 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia.
Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Bogor pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Perkawinan Marah Rusli dengan gadis Sunda bukanlah perkawinan yang diinginkan oleh orang tua Marah Rusli, tetapi Marah Rusli kokoh pada sikapnya, ia tetap mempertahankan perkawinannya.
Marah Rusli Meninggal pada tanggal 17 Januari 1968 di Bandung dan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.

Karya-Karya
Siti Nurbaya. Jakarta: Balai Pustaka. 1920.
La Hami. Jakarta: Balai Pustaka. 1924.
Anak dan Kemenakan. Jakarta: Balai Pustaka. 1956.
“Memang Jodoh” (naskah roman)
“Tesna Zahera” (naskah Roman)